Back to search
Publication

Pemberdayaan kader tangguh peduli lepra dalam pelacakan kusta

Abstract

Pendahuluan: Masalah sosial akibat penyakit kusta muncul akibat ketakutan yang dialami penderita kusta di masyarakat (leprophobia).  Rendahnya pengetahuan, kurang bersosialisasi di masyarakat, dan stigma buruk di masyarakat, sehingga berakibat pada kurangnya peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit kusta.  Setelah India dan Brazil, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka tertinggi penderita baru terdiagnosis. kasus kusta. tertinggi ketiga di dunia.

Tujuan: Tujuan pengabdian kepada masayarakat ini untuk meningkatan pemahaman masyarakat dalam deteksi dini Penyakit Kusta di Kelurahan KoloKota Bima.

Metode: Metode  yang  digunakan  dalam  pengabdian  kepada  masyarakat  ini  adalah dengan penyuluhan kesehatan dan pelatihan mengenai identifikasi penyakit kusta oleh kader tangguh peduli kusta. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan di aula pusksemas kolo kota bima, yang dihadiri oleh 15 Kader,  5 enumerator,  Kepala Pusksemas kolo,  KTU puskesmas kolo,  dan  pengabdi. Kegiatan ini adalah pelatihan bagi kader dan penyuluhan  mengenai penyakit kusta meliputi pengertian, tanda, gejala, penatalaksanaan, proses penularan penyakit kusta.

Hasil: Hasil pengabdian masyarakat pre-test sebanyak 27% kader berpengetahuan baik. Sedangkan post test 100 % kader berpengetahuan baik. Hasil pengabdian  ini  penting  untuk  membantu  upaya  pemerintah  dalam meningkatkan pembangunan kesehatan nasional.

Kesimpulan dan Rekomendasi: Seluruh   kader tangguh peduli leopra  yang  menjadi  sasaran telah memahami terkait tanda dan gejala penderita kusta.  Diharapkan  pengabdian kepada masyarakat dilakukan secara berkala dan kepada kader kesehatan agar kasus kusta bisa segera ditangani.

Translated Abstract

Introduction: Social problems caused by leprosy arise due to the fear that leprosy sufferers experience in society (leprophobia). Low knowledge, lack of socialization in society, and bad stigma in society, resulting in a lack of community participation in eradicating leprosy. After India and Brazil, Indonesia is one of the developing countries with the highest number of newly diagnosed sufferers. leprosy case. third highest in the world. 

Purpose: The purpose of this community service is to increase public understanding of early detection of leprosy in Kolo Kota Bima Village.

Method: The method used in this community service is health education and training on the identification of leprosy by tough cadres caring for leprosy. Community service activities were carried out in the Kolo Community Health Center hall, Bima City, which was attended by 15 cadres, 5 enumerators, the Head of the Kolo Community Health Center, the KTU of the Kolo Health Center, and servants. This activity is training for cadres and counseling about leprosy including the meaning, signs, symptoms, management, process of transmission of leprosy. 

Results: The results of the pre-test community service were 27% of cadres with good knowledge. While the post test 100% of cadres have good knowledge. The results of this dedication are important to assist the government's efforts to improve national health development. 

Conclusions and Recommendations: All targeted leprosy care cadres have understood the signs and symptoms of leprosy. It is hoped that community service will be carried out regularly and to health cadres so that leprosy cases can be handled immediately.

More information

Type
Journal Article
Author
Kurniadi K
Aniharyati A
Haris A